Pages

Tuesday, March 25, 2014

Tips Meningkatkan Kesehatan Dengan Makan Makanan Tionghoa

http://www.indonesiamedia.com/2008/8/mid/serba_serbi/images/peruntungan/chinesefood.jpg
Doktrin pemeliharaan kesehatan agar panjang usia bagi orang Tionghoa yang paling diutamakan adalah memelihara hati dan pikiran, menekankan pemeliharaan pikiran yang bersih hening. Setelah itu baru dengan menjaga makanan.

Pakar makanan dari Inggris menunjukkan bahwa makanan Tionghoa tradisional bukan saja dapat meningkatkan kesehatan, memperpanjang usia, bahkan karena mempunyai ciri yang berbeda dengan makanan ala Barat, akan dapat mengurangi masalah obesitas yang semakin parah dalam masyarakat. Ragamnya yang banyak dan beraneka warna, aroma serta rasa yang lengkap dari makanan Tionghoa selalu mengundang selera, juga merupakan salah satu makanan paling lezat di dunia yang sulit ditolak oleh penggemar makanan.

Para tokoh Barat banyak yang mendapatkan kesan bahwa makanan Tionghoa terlalu berlemak, sehingga mempunyai pengaruh yang tidak baik bagi kesehatan, namun, seorang pakar makanan Tionghoa dari Inggris, Lorraine Clissold, di dalam bukunya “Why the Chinese Dont Count Calories?” (Mengapa orang Tionghoa tidak Menghitung Kalori?) menunjukkan, kenyataan justru bertolak belakang dengan kesan pada umumnya, yakni makanan Tionghoa yang sesungguhnya bukan saja menyehatkan, bahkan mempunyai pengaruh memperpanjang usia.

Dua orang pakar gizi Barat, Patrick Holford dan Ian Marber, juga telah menganalisa makanan Tionghoa bahkan telah memberi penilaian terhadap beberapa ciri khas makanan Tionghoa yang menyehatkan tubuh.
Tidak Menghitung Kalori

Makanan tradisional Tionghoa tidak memperhatikan kalori, melainkan memperhatikan nilai gizi makanan. Survei pada 1990 mengungkap, orang Tionghoa mengonsumsi kalori makanan 30% di atas orang Amerika, namun belum tentu membutuhkan lebih banyak olahraga. Lorraine Clissold menyatakan bahwa rahasianya adalah menghindari konsumsi kadar gula atau makanan yang tidak mempunyai nilai gizi pada saat perut kosong.

Patrick Holford mengatakan, “Survei terkini tentang mengurangi berat badan mengungkap bahwa pengendalian kalori dan makanan rendah lemak tidaklah seefektif Low Glycemic Load Diets (diet rendah kadar gula), justru begitulah keadaan makanan Tionghoa tradisional.”

Ian Marber juga menyatakan, “Diet Coke mengandung kalori, buah alpukat juga mengandung kalori, namun mana yang benar-benar bermanfaat bagi tubuh, jawabannya sangat jelas. Alpukat dapat menyuplai berbagai asam lemak tidak jenuh dan asam lemak Omega-6, bahkan dapat mendorong fungsi metabolisme.”
Mementingkan Konsumsi Sayur Mayur

Masyarakat Barat acap kali memanfaatkan sayur mayur sebagai bahan tambahan, namun pada makanan Tionghoa, sayur mayur sendiri sering kali sudah merupakan menu utama.

Patrick Holford berpandangan bahwa menu makanan yang sempurna hendaknya mengandung sayuran yang kaya serat serta diimbangi dengan protein dan karbohidrat, ini merupakan prinsip mengonsumsi makanan yang paling sehat, dan ini juga merupakan makanan khas Tionghoa.

Selain itu, sayur mayur, buah-buahan bukan saja menyediakan serat, juga menyediakan kadar basa ringan yang dibutuhkan tubuh, dengan demikian dalam prinsip makanan sehat, buah-buahan benar-benar merupakan salah satu bahan makanan yang tidak boleh tidak tersedia.
Mengonsumsi Makanan yang Mengandung Banyak Air

Makanan ala Barat agak kering, orang Tionghoa terbiasa mengonsumsi makanan yang mengandung banyak air seperti: sup, bubur dan lain-lain, ini juga merupakan salah satu ciri utama makanan Tionghoa.

Selain itu, sup dapat mendorong pertumbuhan probiotik, akan menstimulasi kesehatan usus, dan membantu tubuh menyerap zat gizi makanan.
Mengonsumsi Makanan yang Sudah Masak

Menu makanan ala Barat suka mengonsumsi sayur mentah, namun makanan Tionghoa tradisional tidak ada yang belum dimasak. Hasil penelitian juga menemukan: sayuran mentah memang dapat mempertahankan lebih banyak vitamin, namun juga akan mempertahankan bakteri dalam jumlah yang lebih banyak.

Lorraine Clissold menyatakan: makanan masak lebih mampu memelihara stamina tubuh, makanan direbus atau dikukus sebentar, dapat membuat zat gizi lebih mudah diserap, karena lambung manusia tidak mampu dalam waktu singkat mencerna makanan mentah dalam jumlah banyak.
Mementingkan Keefektifan Makanan Penyembuh Alami

Di dalam teori ketabiban tradisional Tiongkok terdapat banyak bahan obat yang merupakan bahan makanan sehari-hari, bahkan mementingkan pembenahan kesehatan melalui makanan sehari-hari, misalnya cabai dapat membantu pencernaan dan mengusir hawa dingin. Bawang putih dapat melakukan detoksifikasi, jamur hitam dapat menjernihkan darah sehingga darah tidak mengental. Tomat dapat memerangi radikal bebas dan lain lain.

Lebih dari dua ribu tahun yang lalu, dokter Mesir terkenal, Hippocrates pernah menyatakan suatu ide untuk menjadikan makanan sebagai obat (Let food be your medicine).

Kata-kata bijak yang berasal dari Barat ini justru telah direalisasikan dalam makanan Tionghoa dari Timur.
Minum Teh Hijau

Orang Tionghoa suka minum teh hijau atau teh rerumputan. Metode menyeduh teh orang Tionghoa secara tradisional adalah terus menerus menuangkan air panas pada daun teh yang sama. Hal ini mempunyai prinsip yang sama dengan menggunakan sebungkus teh, dengan demikian tidak perlu menguatirkan terlalu banyak racun teh. Teh hijau mempunyai kemampuan detoksifikasi, membantu pencernaan dan mengurangi rasa lapar.

Radikal bebas dapat merusak DNA, sehingga sel normal berubah menjadi sel kanker, sedangkan Tea polyphenols dalam teh hijau kaya akan anti oksidan, dapat memerangi radikal bebas.
Mementingkan Keseimbangan Yin Yang

Makanan Tionghoa mementingkan keseimbangan Yin dan Yang. Makanan yang bersifat Yin seperti: pare, beligo atau kangkung dan lain-lain dapat menurunkan panas, sehingga tubuh menjadi lebih dingin, sedangkan makanan yang bersifat Yang seperti daging, makanan yang pedas, arak dan lain-lain, dapat membuat tubuh menjadi panas, mudah naik darah.

Patrick Holford mengatakan, “Sebagian besar makanan protein bersifat Yang, sedangkan karbohidrat bersifat Yin. Dengan demikian banyak sayuran pendamping (pasangan) dalam menu makanan Tionghoa dapat memperbaiki keseimbangan Yin dan Yang, terlebih dapat menstabilkan gula darah dan menambah vitalitas.”

Menu makanan Tionghoa telah memiliki sejarah dan kebudayaan yang panjang, sangat luas dan mendalam, bukan saja merupakan pengetahuan dan seni yang istimewa, bahkan memiliki daya guna menyehatkan tubuh dan memperpanjang usia. Seni pemeliharaan kesehatan untuk mencapai usia panjang Tiongkok mementingkan keserasian Yin dan Yang serta penyesuaian diri dengan alam.

Di dalam Yang Sheng Lu (Kitab Memelihara Kesehatan Agar Panjang Usia) juga membahas “enam keharusan” untuk memelihara kesehatan melalui makanan: makanan hendaknya disantap agak awal, makanan hendaknya disantap hangat, makan jangan terlalu banyak, rasa makanan hendaknya agak hambar, makan hendaknya dengan tidak tergesa-gesa, makan makanan yang tidak terlalu keras.

Kaisar Kangxi sangat memperhatikan pemeliharaan kesehatan melalui makanan, sehingga dapat mempertahankan tubuh tetap sehat sampai di hari tua. Di dalam “otobiografi makanan dan minuman”nya, Kangxi pernah mengatakan, “Mengonsumsi makanan dan arak secara berlebihan akan merusak kesehatan, rasa sayuran dari ladang sebenarnya juga nikmat. Arak harum dalam cawan tiada yang dapat diminum, daging dan ikan mahal jangan berlebihan. Dengan menghambarkan dan menenangkan hati, mengharmoniskan lima rasa, akan memelihara kesehatan memperoleh kemurnian melebihi obat dewa.”

Hal ini juga menunjukkan bahwa makanan Tionghoa tradisional mementingkan intisari kebudayaan untuk memelihara kesehatan dan memperpanjang usia. Juga mengingatkan orang zaman seka-rang yang struktur makanannya lambat laun terus menyimpang.

Ilmu memelihara kesehatan agar panjang usia bukanlah dengan mengonsumsi berbagai makanan yang mahal. Makanan yang seimbang dan rasa yang agak hambar barulah resep istimewa untuk memelihara kesehatan dan memperpanjang usia yang berguna bagi tubuh.

Related Posts by Categories

0 comments:

Post a Comment